Tepat tanggal 6 Maret 2021 nanti, putri kami, Zaza Akmaliya genap berusia 3 tahun. Seperti selayaknya orang tua pada umumnya, di usia 3 tahun ini Zaza Akmaliya sudah punya banyak pencapaian yang membuat Mamah Papahnya bangga dan tersenyum bahagia.
Pencapaian yang dimaksud tentu bukan pencapaian yang muluk-muluk. Lebih pada persoalan sederhana yang umumnya bisa dilakukan oleh semua anak seusianya.
Misalnya saja, ia sekarang mengganti panggilan Papah menjadi Ayah. Biasanya ia memanggil dengan suaranya yang khas, “papaahh..paaaahhh…” kini ganti “ayaaaaaaaahhhhh…” dengan nada tinggi yang panjang.
Entah tahu darimana, namun dugaan kuat saya karena ia sering nonton kartun di ‘auum’nya.
Auum adalah sebutan Zaza Akmaliya untuk menyebut hape. Kenapa aum, karena dulu sewaktu ia masih kecil saya ajak nonton Lion King di bioskop dekat rumah. Disana ada adegan Simba sedang mengaum.
Lalu saya carikan trailernya di yutub, dan pas ia rewel, saya bilang, “Ayo sini liat aum ama Papah. Sejak saat itu ia menyebut nonton yutub sebagai aum.
Aum yang kini isinya berbagai donlotan video kartun.
Tendangan kakinya waktu bobo juga makin keras. Di usia ini, dengan tendangan kakinya itu, Zaza Akmaliya sudah bisa ngusir Papahnya waktu bobo.
“Ayah keluarrr. Ayah kerja sanaa… Gak mau sama ayaahhh… Zaida gak bolo ayah,” begitu yang seringkali ia bilang saat mau saya uyel-uyel.
Zaza Akmaliya juga juga sudah bisa bilang agar Papahnya rajin kerja, biar bisa punya uang buat beli mobil. Biar Zaida gak kehujanan.
Hesshh.. ono-ono wae.
Setiap kita, sebagai orang tua, tentu sangat memperhatikan tumbuh kembang anak-anaknya. Hal yang wajar, malah tidak wajar bila ada orang tua yang bertindak sebaliknya.
Bila diperhatikan, maka makin gede Zaida makin pula terlihat bahwa ia mewarisi rambut lurus, juga mewarisi hidung dan lesung pipi Papahnya.
Saya ingat sewaktu para saudara datang menjenguk Zaida bayi, kebanyakan mereka akan bilang kalau Zaida mirip Papahnya, dan Mamahnya yang mendengarnya cuma bisa senyum-senyum dan mendengus sebal.
Lha, gimana, Mamahnya yang mengandung selama 9 bulan dan melahirkan, eh udah lahir malah dibilang mirip Papahnya.
Baru tiga tahun. Dan ada banyak hal yang membuat Papah Mamahnya kadang sebel, kadang seneng, kadang gemes.
Sewaktu kecil saya selalu mendengar Bapak lamat-lamat menyebut anak-anaknya kala berdoa. Ia selalu menyebut kata itu; anak dan memohon perlindungan. Dan bisa jadi, segala keselamatan dan anugerah yang hingga kini saya dapatkan tak lepas dari doa orang tua.
Doa memohon perlindungan itu, kalau kata WS Rendra, adalah doa umum dan pasti dimohonkan kepada Gusti Allah oleh para orang tua, oleh para leluhur.
“leluhur kami bersujud dan berdoa.
Isinya persis seperti doaku ini.
Lindungilah anak cucuku”
Mungkin itu bukti kelemahan manusia. Bahwa sekuat apa pun kita berusaha melindungi anak-anak, pada akhirnya kita sadar bahwa tiada daya upaya selain meminta pertolongan pada Yang Maha Kuasa.
Dan dalam sajak doa untuk anak cucu itu ia mengungkapkan atau ia berdoa.
“Ya, Allah.
Aku bersujud kepada-Mu
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari kesabaran
yang menjelma menjadi kelesuan,
dari rasa tak berdaya
yang kehilangan cita-cita.”
Selamat ulang tahun, Za. Ayah sayang Zaida.